Alang-Alang

Satu Cerita Banyak Wajah

Semua tulisan yang ada di blog ini, juga novel dan puisi-puisi, berasal dari satu mata air. Bedanya hanya pada wadah.

Saya tidak punya banyak cerita. Saya hanya punya satu. Satu cerita yang saya tulis berkali-kali, satu cerita yang terus berubah bentuk. Kadang menyerupai sungai yang mengalir pelan, kadang menjelma angin yang menggoyang daun-daun, kadang jadi hujan badai yang menumbangkan pohon. Kadang pula menggerutu seperti kabut yang menutup jalan.

Blog ini adalah halaman paling jujur dari proses itu, berisi kumpulan catatan harian dan cerita pendek yang nyaris mentah. Jika Anda membacanya cukup lama, Anda akan menemukan bayangan novel saya di sela-sela kalimat, atau gema puisi saya di antara paragraf. Semuanya terhubung. Semuanya tentang satu hidup yang terus mencoba memahami dirinya sendiri.

Saya tidak bisa menulis untuk menciptakan dunia baru. Imajinasi saya tidak sekaya itu. Saya menulis untuk membongkar, membentuk ulang, dan memahami dunia yang sudah saya jalani, dunia yang membentuk saya, dunia yang, mau tidak mau, meninggalkan bekas di tubuh dan pikiran saya.

Saya berusaha terus menuliskannya, di sini, dalam sisa umur yang masih ada, dalam seribu wajah yang sebenarnya hanya satu.

Apakah tulisan-tulisan saya cukup untuk membuat semesta memberikan kehidupan sesuai dengan apa yang saya kehendaki?

Sering saya berpikir bahwa itu cukup. Berkali-kali saya menulis dalam buku catatan tentang keinginan saya yang berakar pada satu kehendak tunggal, yaitu mengurus anak saya sendiri. Segala hal-hal diluar itu saya tak peduli. Saya sudah tiga puluh delapan tahun hidup dengan semua aturan dunia yang menyengsarakan. Sekarang waktunya membuat dunia dan takdir mengikuti apa kehendak saya.

Bagaimanakah caranya?

Kenapa cara kerja dunia begitu berisik?

Kenapa setiap orang seakan harus mati-matian mengejar, lari kesetanan, dan berkompetisi gila-gilaan?

Sudah lama sekali saya menghapus semua akun media sosial, hanya tersisa linkedin sebagai kartu nama dan di sana ada link ke blog ini, blog yang serupa gubuk kecil di tengah hutan. Sunyi, sendiri, hening. Menemukan bearblog seperti menemukan rumah untuk pulang, rumah bagi tulisan-tulisan saya yang ingin lepas dari sorotan dan huru-hara.

Sebulan lalu saya dirasuki kesintingan hingga mengundurkan diri dari pekerjaan, lalu pindah ke kota S demi ruang bernapas yang baru. Sejak kali pertama kedua kaki saya menjejak tanahnya, saya sudah menyatakan diri untuk bertahan, menetap, membawa anak saya ke sini, kota yang ramah dan mendukung pertumbuhan anak. Tidak ada lagi yang ingin saya lakukan selain mengurus anak saya dan terus menulis. Tapi keinginan dan kenyataan tak selalu sejalan, bukan?

Semua lamaran pekerjaan yang telah saya kirim tanpa tanggapan, harapan dan kesintingan yang digenggam bersamaan, ratusan pintu nasib yang saya pukul dengan kesungguhan. Semesta tidak sepatutnya mengabaikan saya lagi. Sudah selayaknya pintu kesejahteraan terbuka lebar, dan angin kebebasan merobohkan tembok-tembok yang menghalangi saya dan anak tunggal saya untuk bisa bersama. Saya menyatakan hidup yang sahih, dengan suara yang hanya saya dengar sendiri.

Sulitkah semesta memberi penghidupan yang padahal amat sederhana kepada dua manusia? Seorang Ibu dan anak lelakinya?

Di kota ini saya merasakan satu hal yang tak pernah saya dapatkan sebelumnya, bahkan di tanah kelahiran saya sendiri. Di sini saya merasa tidak terintimidasi, tempat di mana sekurang-kurangnya, saya memiliki keinginan untuk tinggal lama, untuk menetap. Saya ingat ketika remaja hampir setiap malam mengangankan pelarian. Saya ingat malam-malam dalam kehidupan pernikahan masih juga mengangankan pelarian.

Sebelum Agustus berakhir keajaiban mesti terjadi. Sejumlah besar uang, penghasilan tetap, pekerjaan remote, apapun hal-hal yang menopang supaya saya bisa bertahan hidup di sini, lalu membawa serta anak dan tinggal hanya berdua saja tanpa campur tangan siapa pun dari masa lalu saya.

Saya membawanya ke sini untuk memberinya kebebasan, hak untuk dicintai tanpa dituntut bakti yang memasung, kemerdekaan untuk belajar apa yang ia minati, dan bermain sampai ia merasa puas.

Inilah hidup, inilah hidup. Satu kehidupan yang saya ceritakan dalam banyak wajah.

🌿

Email Saweria